Namanya Kumbo. Panggil saja begitu. Atau untuk lebih sopannya, aku biasa memanggilnya dengan embel-embel "Pak" sebelum menyebut namanya. Dia laki-laki yang kritis, idealis, dan err.. sedikit berantakan untuk ukuran seorang dosen.
Sejak pertengahan Juli ini, aku -mau tidak mau- harus berurusan dengan orang itu. Dan ternyata, aku harus dengan sangat tidak respek mengatakan, bahwa makhluk yang satu itu juga mempunyai watak keras, emosional, rigid, mulut berbisa, dan... nyinyir juga pastinya. Ugh!
Demi Tuhan, dimana sih hati nurani orang itu? Orang dengan IQ tinggi seperti dia harusnya punya EQ yang tinggi juga. Idealisme yang dia agung-agungkan berbanding lurus dengan rigiditas dan emosional yang dimilikinya. Dia benar-benar menguji kesabaranku.
Inhale.. Exhale.. Inhale.. Exhale..
Damn, he could kill me that way.