life goes on.. :)

hari ini aku buka-buka postingan lama punyaku.. aku senyum-senyum sendiri ngebacanya. humm.. ternyata hidup ini terus berjalan ya? apa yang terjadi hari ini ngga pernah sedikit pun tergambarkan waktu itu. tawa, tangis, jatuh cinta, patah hati, sampai sumpah serapah yang sering kuucapkan dulu (till now, hm? :P) benar-benar membuatku tersenyum sekarang. betapa hidup ini benar-benar berjalan mengalir. sungguh, aku bersyukur mempunyai semua kenangan-kenangan itu.

PS:
Untuk Hujan:
Where'd you go?
I miss you so..
Seems like it's been forever..
That you've been gone..


Hujan, tampaknya hanya kamu yang sejak dulu hingga sekarang masih tetap ada disini...

ass hole

Namanya Kumbo. Panggil saja begitu. Atau untuk lebih sopannya, aku biasa memanggilnya dengan embel-embel "Pak" sebelum menyebut namanya. Dia laki-laki yang kritis, idealis, dan err.. sedikit berantakan untuk ukuran seorang dosen.

Sejak pertengahan Juli ini, aku -mau tidak mau- harus berurusan dengan orang itu. Dan ternyata, aku harus dengan sangat tidak respek mengatakan, bahwa makhluk yang satu itu juga mempunyai watak keras, emosional, rigid, mulut berbisa, dan... nyinyir juga pastinya. Ugh!

Demi Tuhan, dimana sih hati nurani orang itu? Orang dengan IQ tinggi seperti dia harusnya punya EQ yang tinggi juga. Idealisme yang dia agung-agungkan berbanding lurus dengan rigiditas dan emosional yang dimilikinya. Dia benar-benar menguji kesabaranku.

Inhale.. Exhale.. Inhale.. Exhale..

Damn, he could kill me that way.

pakaian.

apa iya, pakaian mencerminkan siapa diri kita sebenarnya?
apa benar, jika seseorang berpakaian tertutup, maka dia adalah orang bermoral dan lebih baik dari yang lainnya?
apakah itu benar-benar menjadi suatu jaminan atas moral seseorang? bukankah hanya Tuhan yang berhak menilai sisi keimanan kita? kenapa mereka tidak membenahi diri sendiri sebelum menghakimi moral manusia lain? apakah mereka sudah mempunyai hati yang bersih sebelum menuduh betapa kotornya orang lain? mereka berteriak-teriak tentang cinta kasih, padahal mereka sendiri lah yang menebarkan hawa permusuhan.

Demi Tuhan... aku benar-benar tak mengerti.. kenapa semua orang di negeri ini berlomba-lomba untuk saling menghakimi satu sama lain? bukankah -sekali lagi- hanya Tuhan yang berhak menilainya? dan yang paling mengejutkan, kenapa kamu juga menjadi bagian dari mereka yang suka menghakimi itu? apakah kamu sudah membenahi dirimu sendiri sebelum memuntahkan komentar-komentar tajam itu?

ah... bukankah Tuhan memberi manusia 2 telinga dan 1 mulut? jadi kenapa kita terlalu banyak bicara daripada mendengar?