kerak

hidupku baik-baik saja. semua berjalan seperti biasa. walaupun banyak hal telah mengendap dan menjadi kerak di dalam sini. tapi anehnya, hidupku masih berjalan sesuai siklusnya. aku tertawa. aku berjalan. aku mengerling. aku mencinta. aku bersedih. aku berputar. aku menari. semuanya berjalan seperti biasa.

benar begitu kan, ris?
tidak. ya. tidak. yah, entahlah.
mungkin memang begitu.

semuanya sudah mengendap. bertransformasi menjadi kerak tebal yang begitu sulit dicairkan. aku tidak berniat menyimpan cerita. hanya saja semua ini terjadi begitu saja. otak dan jiwaku seperti terprogram secara otomatis. setiap ada input baru, dia akan tersimpan secara otomatis. mengendap. mengerak. otomatis. tak ada program pencairan dan penguapan. setidaknya untuk mengurangi beban pun tak ada. seperti plak yang sulit dilepaskan.

ah, padahal dunia ini begitu ramai. seharusnya ada satu tempat untuk bisa mencairkan semua plak-plak terendap ini. tapi plak ini begitu sulit dilepaskan. sudahlah.. toh hidup ini masih akan baik-baik saja, bukan? aku tertawa. menangis. menari. berputar. nah, see? aku pun tau, hidup ini masih berjalan seperti biasanya. walaupun ada segumpal jiwa yang kosong. tapi toh semuanya tetap berjalan.

hidup ini berjalan statis. menggaris tanpa makna. bahkan tak lagi berwarna. walaupun di sekelilingku penuh dengan dunia.

ah, aku hanya lupa cara bercerita.
karena memang tak ada siapa-siapa.

13 mei 2007

-13 mei 2007-
Suatu pagi..

pagi itu benar-benar dingin. aku membasahi ujung kepala sampai ujung kakiku dengan rela hati. aku beradu dengan air saat kabut masih menggelayut. aku mengenakan pakaian yang paling aku sukai. aku mengenakan rok panjang yang lama sekali tak pernah kupakai. aku menyisir rambutku dengan rapi. aku memakai bedak yang biasa kupakai ala kadarnya. aku memakai lipbalm yang entah sudah berapa lama tak tersentuh. kamu tau? aku ingin tampil cantik untukmu..

karena pagi itu adalah hari kepergianmu...

tak pernah terpikirkan sedikitpun olehku.. bahwa suatu pagi, aku akan berdandan sebaik yang aku mampu, dan menerobos udara dingin kota Malang, untuk mengantar kepergianmu.

aku terisak.
aku masih tak percaya, bahwa kamu sudah tak mungkin ada lagi disini. walaupun aku, dan kami semua mencarimu hingga ke ujung dunia pun, tak pernah ada lagi nafasmu di bumi. bukankah baru kemarin kita tertawa bersama? bukankah baru kemarin kita melangkahkan kaki dengan riangnya? bukankah baru kemarin kita merencanakan hari esok yang sempurna? jadi kenapa kamu harus menjadi diam dan membeku? dinginkah di bawah sana, kawan..? kesepiankah kamu disana..? kamu harus bahagia... dan kami tahu, kamu akan bahagia, kan?

.........

demi waktu yang telah kita lewatkan bersama...
demi nafas yang masih tersisa...
demi kenangan yang tak akan pernah tergantikan...
we love you, Henny...
semoga kamu tidur tenang bersamaNya..