Happy Birthday to me!

Seharusnya ini jadi hari yang membahagiakan buatku.

Tapi, pagi pun terasa suram. Siang cukup benderang, karena aku yang menyibukkan diri bermain bersama waktu. Dan ketika senja menjemputku pulang... aku tak bisa lari lagi. Aku harus menghadapi kenyataan, bahwa aku hanyalah seorang perempuan yang kesepian.

Luar biasa kesepian.

Sedangkan mereka di luar sana melihat fatamorgana yang jauh berbeda dengan yang ada. Mereka melihat senyum terbaik, keceriaan terhangat, dan kehidupan yang indah.

Tidak, aku tidak lagi berada di masa dimana aku bisa melepas topengku dan menumpahkan beban beratku pada mereka. Aku sampai pada satu titik, bahwa aku tak pantas menunjukkan air mataku pada mereka. Karena mereka yang muda berhak memiliki panutan dan impian indah. Karena mereka yang tua berhak untuk melihatku bahagia di umurnya yang senja.

Jadi disinilah aku. Sendiri. Menangis. Sejadi-jadinya. Bukan untuk meratapi nasib. Hanya untuk membuang duka yang terasa menyesakkan dada. Bahkan menangis pun jadi hal yang mewah buatku. Karena aku tidak bisa melakukannya setiap waktu.

Tiba-tiba, sebuah tangan kecil menyentuh pipiku yang basah. Dia memandangku dengan tatapan penuh tanda tanya. Aku semakin tersedu-sedu. Hanya karena merasa makhluk kecil tak berdosa ini takkan memahami apa-apa.

Dan sepersekian detik kemudian, dia mencium pipiku... dan memelukku erat. Membenamkan kepalaku di dadanya yang mungil.

Aku terhenyak. Aku tergugu. Larut dalam pelukan kecilnya yang terasa begitu besar dan menguatkan.

Terimakasih, nak...