Catatan ditengah keramaian

Membaca kembali. Melihat lagi. Membuatku tersadar betapa hidup ini mengalir dengan segala misterinya.

Dulu aku sering bertanya-tanya. Pada tanggal yang sama tahun depan nanti, apa yang sedang kurasakan? Apakah aku akan bahagia? Ataukah aku akan menangis sedih?

Dan hari ini. Seperti hari yang sudah-sudah. Aku masih saja takjub dengan apa yang diterima oleh panca indraku. Betapa tiap bentuk rasa menyisakan jejak yang berbeda.

Aku duduk di depan etalase sebuah blok keramaian. Sudah 18 jam aku disini. Tidak melakukan sesuatu yang esensial kecuali menemani. Ya, hanya menemani. Hanya satu kata. Tapi tidak sesederhana kelihatannya. Ada banyak hal yang dilibatkan di dalamnya. Melewati terik matahari, dinginnya malam, hingga menyambut matahari kembali.

Ada diam. Ada kata. Ada rasa. Ada kesabaran ekstra yang harus diberikan untuk bisa bertahan. Sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Belum lagi menata rasa. Jika apa yang kita lakukan untuk seseorang yang kita temani, disikapi dengan cara yang menyakitkan. Menjaga untuk bisa tetap tersenyum atau diam menyikapinya.

Menemani.
Menunggu, melayani, berusaha mengerti, dan tentu saja: bersabar. Humh. Seandainya saja dia tau ini bukan pekerjaan yang mudah..

Ah.
Kadang aku merasa begitu sepi.. Dan sendiri.