Bahagiakah engkau?

Bahagiakah engkau? Dengan dia yang menjadi cinta pertamamu? Sesuaikah dia dengan ekspektasimu?

Aku melihatmu. Dalam mimpiku. Semalam. Ternyata masih pilu. Melihat kalian disana. Bersama anak laki-laki tampan, yang bukan datang dari aliran darahmu. Tapi aku tau, kamu sebergantung itu padanya. Entah karena kamu bergantung kepadanya secara materi. Atau entah kamu benar-benar mencintainya. Aku tak tau alasan yang mana, tapi ternyata hatiku masih pilu.

Aku melewati ruangan kalian. Terus beranjak perlahan. Menyesap dalam-dalam rasa perih. Bahwa aku pernah percaya bahwa kamu mencintaiku. Bahwa aku pernah meletakkan duniaku dan rasaku dengan penuh untukmu.

Kamu mengejarku di sudut selasar mimpiku.  Aku berkata, "Apa yang kau inginkan?". Kamu menjawab lirih, "Aku merindukanmu."

Aku tersedu. "Tapi aku tak tahan melihat kalian disana. Bohong jika aku suka melihat kalian bahagia. Aku pergi saja. Pilih saja yang hatimu mau."

Sambil menunduk, kamu bergegas berjalan di sebelahku sambil berujar, "Aku lebih memilihmu. Aku bisa meninggalkannya untukmu."

Setengah tak percaya, aku terbelalak. Kakiku masih melangkah. Tak tau harus berkata apa. Entah itu benar suara hatimu. Atau entah bibirmu yang sejak dulu pandai mengolah kata. Aku tak tau mana yang dapat kupercaya.

Aku terbangun dari mimpi. Dan hariku masih terasa sendu hingga senja.