pembunuhan logika

aku pengen peluk kamu erat-erat. aku gak pengen kamu pergi lagi. walaupun setengah kesadaranku mengetuk-ngetuk kepalaku, menanyakan kewarasanku. aku sudah jauh dengan logika. aku lupa bagaimana logika itu ada, bagaimana bentuknya, bagaimana rasanya, dan bagaimana caranya aku bisa melupakannya saat ini.

kali ini aku dihimpit oleh jiwa2 yang nggak pernah terjamah dengan akal dan logika. aku bermain-main diatas titian kebimbangan. aku mengadopsi semua perasaan buta. semuanya seperti bubuk mesiu yang siap diledakkan. setiap saat. aku merepress semua hal gila ini berbulan-bulan lamanya. tapi begitu mudahnya jilatan-jilatan api kecil itu membawaku naik kembali.

separuh akalku mulai berjalan. dan mengatakan bahwa ini sudah berakhir. ratusan hari lamanya berakhir. ini bukan apa2. dan tubuh kurus ini akan baik2 saja.
tapi TIDAK dengan jiwaku. Dia meraung-raung dalam penjara kumuhnya. Tertatih-tatih merangkak dan menyuarakan seraknya.

Aku ingin kamu. kamu. kamu. kamu. dan tetap kamu!
sampai 1000 kali pun: kamu!

aku menutup telingaku. menekan suara2 yang mulai merasuki akal yang meredup perlahan. aku goyah. aku limbung. suara2 ini gak juga hilang dari kepalaku.
hey, berhentilah! aku bisa tuli. otakku bisa lumpuh.

tapi jiwa ini terus meraung-raung.

kapan kamu datang?