pagi dengan air mata

aku bertanya, pada gadis kecil itu.
apakah mencintai memang begitu menyakitkan?

dan benarkah dia tidak mempunyai pilihan atas hidupnya?

dia lebih memilih terbunuh menghadapi laki-laki yang dicintainya. daripada dia harus membunuh laki-laki itu. sekalipun masih ada jalan untuknya berlari. meninggalkan, dan mencari kebahagiaan untuk hidupnya sendiri. tapi dia tidak memilihnya. dia memilih tetap tinggal. dengan sisa-sisa kekuatan yang dia punya.

untuk tetap bertahan.

walaupun dunia tempat dia tinggal sudah tak lagi sama. karena dunianya sekarang adalah planet kosong. dengan tumpukan-tumpukan sampah yang terus meninggi. dan meninggi. gadis kecil itu tau, sampahnya terlalu penuh sesak untuk tetap disimpan. dia ingin berbagi tanpa harus membuangnya. diolah dengan cara yang indah hingga terbentuk sesuatu yang baru. tapi sampah-sampahnya terus meninggi. dan meninggi lagi. hingga planetnya hampir meledak.

pagi ini. pagi yang mendung. setelah semalam hujan deras mengguyur, udara embun pagi menyergap dengan tenang. memeluknya dengan cantik di kota yang cuacanya bisa mencapai suhu 35 derajat celcius.

gadis itu menghirup sang pagi dalam dalam. bercerita kepada embun tentang kesendirian. berbagi pada pagi tentang kesedihannya yang bertumpuk-tumpuk.

dia memiliki seseorang. yang dicintainya dengan sempurna. sekaligus membuatnya terluka dengan amat sangat. tapi dia tak mampu untuk berbagi, walaupun hanya sekeping rasa. karena itu justru akan membuatnya semakin terluka lagi. yang bisa dilakukannya hanyalah menerima, memaafkan, dan kembali bertahan.

gadis itu kembali memeluk pagi.
dan dia mulai tertidur...